Minggu, 27 Maret 2016

PENYUTRADARAAN

MATERI PENYUTRADARAAN
Dasar Teknik Penyutradaraan Dalam Teater
 Pemilihan Naskah
Proses atau tahap pertama yang harus dilakukan oleh sutradara adalah menentukan lakon yang akan dimainkan. Sutradara bisa memilih lakon yang sudah tersedia (naskah jadi) karya orang lain atau membuat naskah lakon sendiri.
 Naskah Jadi
Mementaskan teater dengan naskah yang sudah tersedia memiliki kerumitan tersendiri terutama pada saat hendak memilih naskah yang akan dipentaskan. Nskah tersebut harus memenuhi kreteria yang diinginkan serta sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan oleh sutradara dalam memilih naskah, seperti tertulis di bawah ini.
  • Sutradara menyukai naskah yang dipilih.
  • Sutradara merasa mampu mementaskan naskah yang telah dipilih.
  • Sutradara wajib mempertimbangkan sisi pendanaan secara khusus.
  • Sutradara mampu menemukan pemain yang tepat.
  • Sutradara mampu tetap mementaskan naskah yang dipilih.
 Membuat Naskah Sendiri
Membuat naskah lakon sendiri tidak menguntungkan karena akan memperpanjang proses pengerjaan. Akan tetapi berkenaan dengan sumber daya yang dimiliki, membuat naskah sendiri dapat menjadi pilihan yang tepat. Untuk itu, sutradara harus mampu membuat naskah yang sesuai dengan kualitas sumber daya yang ada. Naskah semacam ini bersifat situasional, tetapi semua orang yang terlibat menjadi senang karena dapat mengerjakannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Beberapa langkah di bawah ini dapat dijadikan acuan untuk menulis naskah lakon.
  • Menentukan tema.
  • Menentukan persoalan.
  • Membuat sinopsis (ringkasan cerita).
  • Menentukan kerangka cerita.
  • Menentukan protagonis.
  • Menentukan cara penyelesaian.
  • Menulis.



 Analisis Lakon
Menganalisis lakon adalah salah satu tugas utama sutradara.
 Analisis Dasar
Analisis dasar adalah telaah unsur-unsur pokok yang membentuk lakon
1Pesan Lakon.
2Konflik dan Penyelesaian.
3Karakter Tokoh.
4Latar Cerita.
 Interpretasi
Setelah menganalisis lakon dan mendapatkan informasi lengkap mengenai lakon, maka sutradara perlu melakukan tafsir atau interpretasi.Berdasarkan hasil analisis, sutradara memberi sentuhan dan atau penyesuaian artistik terhadap lakon yang akan dipentaskan. Proses ini bisa disebut sebagai proses asimilasi (perpaduan) antara gagasan sutradara dan pengarang. Seorang sutradara sebetulnya boleh tidak melakukan interpretasi terhadap lakon, artinya, ia hanya sekedar melakukan apa yang dikehendaki oleh lakon apa adanya sesuai dengan hasil analisis. Akan tetapi sangat mungkin seorang sutradara memiliki gagasan astistik tertentu yang akan ditampilkandalam pementasan setelah menganalisa sebuah lakon. Proses interpretasi biasanya menyangkut unsur latar, pesan, dan karakterisasi.
1Latar.
2Pesan. Hal yang paling menarik mengenai penyampaian pesan kepada penonton adalah caranya. Cara menyampaikan pesan antara sutradara satu dengan yang lain bisa berbeda meskipun lakon yang dipentaskan sama.
3Karakterisasi. Tafsir ulang terhadap tokoh lakon paling sering dilakukan
 Konsep Pementasan

1Menentukan pemain yang tepat tidaklah mudah. Dalam sebuah grup atau sanggar, sutradara sudah mengetahui karakter pemainpemainnya (anggota). Akan tetapi, dalam sebuah grup teater sekolah yang pemainnya selalu berganti atau kelompok teater kecil yang membutuhkan banyak pemain lain sutradara harus jeli memilih sesuai kualifikasi yang dinginkan. Grup teater tradisional biasanya memilih pemain sesuai dengan penampilan fisik dengan ciri fisik tokoh lakon, misalnya dalam wayang orang atau ketoprak. Akan tetapi, dalam teater modern, memilih pemain biasanya berdasar kecapakan pemain tersebut.
 Fisik
Penampilan fisik seorang pemain dapat dijadikan dasar menentukan tokoh. Biasanya, dalam lakon yang gambaran tokohnya sudah melekat di masyarakat, misalnya tokoh-tokoh dalam lakon pewayangan, penentuan pemain berdasar ciri fisik ini menjadi acuan utama.
  • Ciri Wajah.
  • Ukuran Tubuh.
  • Tinggi Tubuh.
  • Ciri Tertentu.
Kecakapan
Menentukan pemain berdasar kecapakan biasanya dilakukan melalui audisi. Meskipun dalam khasanah teater modern, sutradara dapat menilai kecakapan pemain melalui portofolio tetapi proses audisi tetap penting untuk menilai kecakapan aktor secara langsung.
  • Tubuh.
  • Wicara.
  • Penghayatan.
  • Kecakapan lain.
 Menentukan Bentuk dan Gaya Pementasan
Bentuk dan gaya pementasan membingkai keseluruhan penampilan pementasan. Di bawah ini akan dibahas bentuk dan gaya pementasan menurut penuturan cerita, bentuk penyajian, dan gaya penyajian. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan serta membutuhkan kecakapan sutradara dalam bidang tertentu untuk melaksanakannya.
 Menurut Penuturan Cerita
Ada dua jenis pertunjukan teater menurut penuturan ceritanya, yaitu berdasar naskah lakon dan improvisasi.
 Berdasar Naskah Lakon
Mementaskan teater berdasarkan naskah lakon menjadi ciri umum teater modern. Hal ini memiliki kelebihan tersendiri, di antaranya adalah sebagai berikut.
  • Durasi waktu dapat ditentukan dengan pasti. Karena dialog tokoh sudah ditentukan dan tidak boleh ditambah atau dikurangi maka durasi pementasan dapat ditentukan.
  • berhasil tidaknya pertunjukan tersebut.
  • Arahan dialog sudah ada.
  • Arahan laku permainan dapat ditemukan dalam naskah.
  •  Konflik dan penyelesaian tidak bekembang. Karena tidak ada impovisasi, maka konflik dan penyelesaian lakon pasti.
  • Fokus permasalahan telah ditentukan.
  • Gambaran bentuk latar kejadian dapat ditemukan dalam naskah
  • Jika sumber daya yang dimiliki tidak sesuai dengan kehendak lakon harus dilakukan adaptasi.
  • Kreativitas aktor terbatas.
  • Tidak memungkinkan pengembangan cerita. Cerita yang telah dituliskan oleh pengarang harus ditaati. Setuju atau tidak setuju terhadap cerita, konflik, dan penyelesaian konflik, sutradara harus mengikutinya.
Improvisasi
Mementaskan teater secara improvisasi memiliki keunikan tersendiri. Sutradara hanya menyediakan gambaran cerita selanjutnya aktor yang mengembangkannya dalam permainan. Beberapa kelebihan pentas teater improvisasi adalah:
  • Kreativitas sutradara dan aktor dapat dikembangkan seoptimal mungkin.
  • Arahan laku terbuka.
  • Konflik dan sudut pandang penyelesaian bisa dikembangkan.
  • Memungkinkan percampuran bentuk gaya.
  • Cerita bisa disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki.
Di balik semua kelebihan di atas, teater improvisasi juga memiliki kekurangan yang patut diperhatikan oleh sutradara.
  • Durasi waktu tidak tertentu
  • Improvisasi dialog tidak berimbang.
  • Kualitas dialog tidak dapat distandarkan
  • Kemungkinan aktor melakukan kesalahan lebih besar.
  • Sutradara tidak bisa sepenuhnya mengendalikan jalannya pementasan.
 Menurut Bentuk Penyajian
Banyaknya pilihan bentuk penyajian pementasan teater membuat sutradara harus jeli dalam menentukannya. Jika tidak, sutradara akan kerepotan sendiri. Oleh karena setiap bentuk penyajian memiliki kekhasan dan membutuhkan prasyarat tertentu yang harus dipenuhi, maka sutradara wajib mempelajari dan memahami langkah-langkah dalam melaksanakannya.
 Teater Gerak
Teater gerak lebih banyak membutuhkan ekspresi gerak tubuh dan mimik muka daripada wicara. Sutradara mampu mengeksplorasi dan menciptakan gerak. Simbol dan makna yang disampaikan melalui gerak harus dikerjakan dengan teliti. Jika tidak, maka maknanya akan kabur.
 Sutrdara harus mampu mengeksplorasi dan menciptakan gerak sesuai dengan makna pesan yang hendak disampaikan.
  • Memahami komposisi dan koreografi. Karena bekerja dengan gerak, maka teori komposisi dan koreografi dasar wajib dimiliki oleh sutradara. Penataan gerak tidak bisa dikerjakan dengan serampangan, harus mempertimbangkan makna pesan, suasana, dan terutama musik ilustrasinya. Untuk mendukung rangkaian gerak yang telah diciptakan, pengaturan pemain perlu dilakukan. Meskipun rangkaian gerak yang dihasilkan sangat indah, tetapi jika komposisi (tata letak) pemainnya tidak berubah akan melahirkan kejenuhan.
  • Mewujudkan bahasa dalam simbol gerak. Mengubah bahasa dalam simbol gerak tidaklah mudah. Apalagi jika sudah menyangkut makna. Oleh karena itu, sutradara harus bisa mewujudkan bahasa verbal dalam simbol gerak.
  • Mewujudkan ekspresi melalui mimik para aktor. Ekspresi emosi atau karakter tokoh harus bisa diwujudkan melalui mimik para aktor. Oleh karena keterbatasan bahasa verbal dalam pertunjukan teater gerak, maka ekspresi mimik menjadi sangat penting.
  • Mengerti musik ilustrasi. Meskipun tidak bisa memainkan musik, sutradara teater gerak harus mengerti kaidah musik ilustrasi. Kapan musik mengikuti gerak pemain, kapan pemain harus menyesuaikan dengan alunan musik, kapan musik hadir sebagai latar suasana, dan perbedaannya harus dimengerti oleh sutradara.
  • Jika pemain dalam jumlah banyak, maka pengaturan blocking harus lebih teliti. Jumlah pemain yang banyak menimbulkan persoalan tersendiri, terutama menyangkut komposisi. Jika tidak pintar mengelola, maka banyaknya jumlah pemain justru akan memenuhi panggung dan membuat suasana menjadi sesak. Menempatkan pemain dalam posisi dan gerak yang tepat akan membuat pertunjukan semakin menarik. Jika jumlah pemain banyak dan harus bergerak secara serempak, maka dianjurkan untuk mengkreasi gerak sederhana yang mudah dilakukan. Jika gerak terlalu sulit, maka irama rampak gerak yang diharapkan bisa kacau.
  • Jika pemain sedikit maka motif gerak harus lebih variatif. Jumlah pemain bisa disiasati dengan menambah perbendaharaan gerak. Motif gerak yang kaya akan membuat tampilan menjadi variatif dan menyegarkan.
 Teater Boneka
Teater boneka memiliki karakter yang khas tergantung jenis boneka yang dimainkan. Kewajiban sutradara tidak hanya mengatur pemain manusia, tetapi juga mengatur permainan boneka. Di bawah ini beberapa langkah yang bisa dikerjakan oleh sutradara yang hendak mementaskan teater boneka.
  • Mampu memainkan boneka dengan baik. Banyak jenis boneka dan masing-masing membutuhkan teknik khusus dalam memperagakannya. Boneka dua dimensi seperti wayang kulit memiliki teknik memainkan berbeda dengan boneka tiga dimensi seperti wayang golek. Boneka wayang golek memiliki teknik permainan yang berbeda dengan boneka marionette yang dimainkan dengan tali. Sutradara harus bisa memainkan boneka tersebut.
  • Mampu mengisi suara sesuai dengan karakter boneka. Mengisi suara sesuai karakter boneka menjadi prasyarat utama. Karakter suara harus bisa tampil secara konsisten dari awal hingga akhir pertunjukan. Biasanya seorang pemain boneka bisa membuat beberapa karakter suara yang berbeda.
  • Mampu menghidupkan ekspresi boneka yang dimainkan. Memainkan boneka bisa saja dipelajari, tetapi memberikan ekspresi hidup adalah hal yang lain. Ekspresi selalu menyangkut penghayatan dan konsentrasi. Karena tokoh diperagakan oleh boneka, maka karakter boneka harus benarbenar melekat sehingga pengendali boneka seolah-olah bisa memberikan nafas hidup di dalamnya. Boneka yang dimainkan dengan hidup akan menarik dan tampak nyata.
  • Jika pemain boneka banyak maka harus mampu mengatur adegan agar pergerakan boneka tidak saling mengganggu. Jika lakon yang dimainkan membutuhkan banyak tokoh, maka pengaturan adegan harus dikerjakan dengan teliti. Tempat pertunjukan teater boneka yang terbatas harus disesuaikan dengan jumlah boneka yang tampil. Selain itu, seorang pengendali biasanya hanya bisa mengendalikan maksimal dua boneka, maka penampilan boneka yang terlalu banyak juga akan merepotkan para pengendalinya.
  • Jika pemain sedikit harus memiliki kemampuan mengisi suara dengan karakter yang berbeda. Jumlah pengendali boneka yang sedikit tidak masalah asal setiap orang mampu menciptakan beberapa karakter suara. Yang terpenting dan perlu dicatat adalah setiap boneka mempunyai karakter suaranya sendiri.
  • Mampu membangun kerjasama antarpemain boneka. Dalam teater boneka kerjasama antarpemain tidak hanya menyangkut emosi, tetapi juga menyangkut hal-hal teknis. Keluar masuknya boneka di atas pentas berkaitan langsung dengan pengendali bonekanya. Oleh karena itu, pengaturan adegan boneka disesuaikan dengan kemampuan pengendali. Jika tidak ada kerjasama yang baik antarpemain (pengendali boneka), maka pergantian adegan bisa semrawut sehingga para pemain kewalahan.
 Teater Dramatik
Mementaskan teater dramatik membutuhkan kerja keras sutradara terutama terkait dengan akting pemeran. Oleh karena tuntutan pertunjukan teater dramatik yang mensyaratkan laku aksi seperti kisah nyata, maka sutradara harus benar-benar jeli dalam menilai setiap aksi para aktor. Demikian juga dengan suasana kejadian, semua harus tampak natural, tidak dibuat-buat. Beberapa langkah yang dapat dikerjakan oleh sutradara dalam menggarap teater dramatik adalah sebagai berikut.
  • Memahami tensi dramatik (dinamika lakon). Laku lakon dari awal sampai akhir mengalami dinamika atau ketegangan yang turun naik. Sutradara harus memahami bobot tegangan (tensi) dramatik dalam setiap adegan yang ada pada lakon. Jika pada bagian awal konflik tegangan terlalu tinggi, maka aktor akan kesulitan meninggikan tegangan pada saat klimaks. Hasil akhirnya adalah anti klimaks di mana pada adegan yang seharusnya memiliki tensi tinggi justru melemah karena energi para aktornya telah habis. Untuk menghindari hal tersebut sutradara harus benar-benar teliti dalam mengukur tegangan dramatik adegan per adegan dalam lakon. Jika dianalogikan dengan nilai 1 sampai dengan 10, maka sutradara harus menetapkan tegangan optimal dan minimal. Angka tertinggi dari deret tegangan yang harus dicapai oleh aktor adalah 8 atau 9, sehingga ketika dalam adegan tertentu membutuhkan tegangan yang lebih aktor masih bisa mengejarnya. Intinya, bijaksanalah dalam menentukan tegangan dramatik adegan dan buatlah klimaks yang mengesankan dan penyelesaian yang dramatis.
  • Memahami sisi kejiwaan karakter tokoh. Hal yang paling sulit dilakukan oleh sutradara adalah membongkar kejiwaan karakter tokoh dan mewujudkannya dalam laku aktor di ataspentas. Sisi kejiwaan yang menyangkut perasaan karakter tokoh harus dapat ditampilkan senatural mungkin sehingga penonton menganggap hal itu benar-benar nyata terjadi. Di sinilah letak kesulitannya, aktor diharuskan berakting tetapi seolah-olah ia tidak berakting melainkan melakukan kenyataan hidup. Jika sutradara tidak memahami kejiwaan
  • karakter tokoh dengan baik maka penilaiannya terhadap kualitas penghayatan aktor pun kurang baik. Jika demikian, maka efek dramatik yang diharapkan dari aksi aktor menjadi gagal.
  • Mampu meningkatkan kualitas pemeranan aktor untuk menghayati tokoh secara optimal. Berkaitan dengan karakter tokoh, sutradara harus dapat menentukan metode yang tepat agar para aktornya dapat memahami, menghayati dan memerankan karakter dengan baik. Banyak sutradara yang mengadakan semacam pemusatan latihan dalam kurun waktu yang cukup lama dengan tujuan agar para aktornya berada dalam suasana lakon yang akan dipentaskan.
  • Mampu menghadirkan laku cerita seperti sebuah kenyataan hidup. Langkah pamungkas yang dapat dijadikan patokan adalah menghadirkan pentas seperti sebuah kenyataan hidup.
  • Membuat penonton terkesima dengan pertunjukan tidaklah mudah. Dalam teater dramatik, jika melakonkan cerita yang sedih ukuran keberhasilannya adalah membuat penonton ikut terhanyut sedih. Demikian pula dengan cerita suka-ria, maka penonton harus dibawa dalam suasana yang suka-ria. Untuk mencapai hasil maksimal maka kejelian sutradara dalam mengamati dan menangani keseluruhan unsur pertunjukan sangat dibutuhkan. Kejanggalan-kejanggalan kecil yang dirasa kurang masuk akal oleh penonton akan mengurangi kualitas dramatika lakon yang dihadirkan. Teater dramatik adalah teater yang mencoba meniru peristiwa kehidupan secara total dan sempurna. Jadi, hindarilah kesalahan atau hal yang tidak lumrah dan berada di luar jangkauan nalar penonton.
 Drama Musikal
Kemampuan multi harus dimiliki oleh seorang sutradara jika hendak mementaskan drama musikal. Bahasa ungkap yang beragam antara bahasa verbal, lagu, gerak, dan musikal harus dirangkai secara harmonis untuk mencapai hasil maksimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sutradara dalam drama musikal adalah sebagai berikut.
  • Mengerti karya musik dramatik. Sutradara tidak harus bisa memainkan musik, tetapi memahami karya musik merupakan keharusan dalam drama musikal. Tokohan musik sangat doniman dalam drama musikal bahkan musik bisa hadir secara mandiri untuk menceritakan sesuatu. Artinya, musik itu sendiri sudah bercerita sehingga pemain atau penari yang berada di atas panggung hanyalah pelengkap gambaran peristiwa. Pada adegan lain, tokoh musik bisa menjadi pengiring lagu yang bercerita, pengiring gerak, dan ilustrasi suasana kejadian. Kepiawaian sutradara dalam menentukan kegunaan karya musik yang satu dengan yang lain benarbenar dibutuhkan. Jika karya drama musikal tersebut berawal dari karya musik murni (musik yang bercerita) seperti The Cats karya Andrew Lloyd Webber, maka sutradara harus benar-benar piawai dalam mengolah visualisasinya di atas pentas.
  • Mengerti lagu dan nyanyian. Tokohan dialog verbal yang digubah dalam bentuk lagu dan diucapkan melalui nyanyian adalah satu hal yang membutuhkan perhatian tersendiri. Ketepatan nada dalam nyanyian serta ekspresi wajah ketika menyanyi juga tidak boleh luput dari pengamatan. Banyak penyanyi yang memiliki suara baik tetapi ekspresinya datar, demikian pula sebaliknya. Sutradara harus mampu memecahkan masalah dasar tersebut. Lagu dan nyanyian harus bisa ditampilkan secara baik dan harmonis.
  • Mampu membuat gerak dan ekspresi berdasar karya musik. Pada adegan dimana musik bercerita secara mandiri maka sutradara harus mampu memvisualisasikan cerita tersebut di atas pentas. Memilih pelaku yang tepat dan membuat komposisi atau koreografi berdasar karya musik yang ada. Ekspresi cerita melalui nada-nada musik harus benar-benar bisa divisualisasikan dengan tepat.
  • Mampu membuat gerak, komposisi, dan koreografi. Dalam satu adegan saat cerita diungkapkan melalui gerak, maka sutradara harus mampu menciptkan koreografinya. Dalam hal ini musik bertindak sebagai pengiring. Makna cerita sepenuhnya dituangkan dalam wujud gerak. Dituntut kepiawaian sutradara dalam memilih dan merangkai motif gerak. Meskipun sutradara bekerja dengan seorang koreografer, tetapi makna dan atau simbolisasi cerita harus benar-benar bisa diwujudkan dalam gerak tarian yang dilakukan. Koreografer bisa saja mencipta gerak, tetapi pada akhirnya sutradara yang memutuskan.
3.6 Blocking
Sutradara diwajibkan memahami cara mengatur pemain di atas pentas. Bukan hanya akting tetapi juga blocking. Secara mendasar blocking adalah gerakan fisik atau proses penataan (pembentukan) sikap tubuh seluruh aktor di atas panggung. Blocking dapat diartikan sebagai aturan berpindah tempat dari titik (area) satu ke titik (area) yang lainnya bagi aktor di atas panggung. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu diperhatikan agar blocking yang dibuat tidak terlalu rumit, sehingga lalulintas aktor di atas panggung berjalan dengan lancar. Jika blocking dibuat terlalu rumit, maka perpindahan dari satu aksi menuju aksi yang lain menjadi kabur. Yang terpenting dalam hal ini adalah fokus atau penekanan bagian yang akan ditampilkan. Fungsi blocking secara mendasar adalah sebagai berikut.
  • Menerjemahkan naskah lakon ke dalam sikap tubuh aktor sehingga penonton dapat melihat dan mengerti.
  • Memberikan pondasi yang praktis bagi aktor untuk membangun karakter dalam pertunjukan.
  • Menciptakan lukisan panggung yang baik.
Dengan blocking yang tepat, kalimat yang diucapkan oleh aktor menjadi lebih mudah dipahami oleh penonton. Di samping itu, blocking dapat mempertegas isi kalimat tersebut. Jika blocking dikerjakan dengan baik, maka karakter tokoh yang dimainkan oleh para aktor akan tampak lebih hidup.
3.6.1 Pembagian Area Panggung
 Komposisi
Komposisi dapat diartikan sebagai pengaturan atau penyusunan pemain di atas pentas. Sekilas komposisi mirip dengan blocking. Bedanya, blocking memiliki arti yang lebih luas karena setiap gerak, arah laku, perpindahan pemain serta perubahan posisi pemain dapat disebut blocking. Sedangkan komposisi, lebih mengatur posisi, pose, dan tinggirendah pemain dalam keadaan diam (statis). Pengaturan posisi pemain seperti ini dilakukan agar semua pemain di atas pentas dapat dilihat dengan jelas oleh penonton. Ada dua ragam komposisi pemain, yaitu komposisi simetris dan komposisi asimetris yang ditata dengan mempertimbangkan keseimbangan.
 Simetris
Komposisi simetris adalah komposisi yang membagi pemain dalam dua bagian dan menempatkan bagian-bagian tersebut dalam posisi yang benar-benar sama dan seimbang. Jika digambarkan komposisi ini mirip cermin. Bagian yang satu merupakan cerminan bagian yang lain. Di bawah ini adalah contoh komposisi simetris.
 Asimetris
Komposisi asimetris tidak membagi pemain dalam dua bagian yang sama persis, tetapi membagi pemain dalam dua bagian atau lebih dengan tujuan memberi penonjolan (penekanan) bagian tertentu.
 Keseimbangan
Dalam menata komposisi pemain di atas pentas hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah keseimbangan. Keseimbangan adalah pengaturan atau pengelompokan aktor di atas pentas yang ditata sedemikian rupa sehingga tidak menghasilkan ketimpangan. Hal ini diperlukan untuk memenuhi ruang dan menghindari komposisi aktor yang berat sebelah. Jika salah satu ruang dibiarkan kosong sementara ruang yang lain terisi penuh, maka hal ini akan menimbulkan pemandangan yang kurang menarik dan jika hal ini berlangsung lama, maka penonton akan menjadi jenuh.
 Fokus
Dalam mengatur blocking, hal yang paling utama untuk diperhatikan sutradara adalah perhatian penonton. Setiap aktivitas, karakter, perubahan ekspresi dan aksi di atas pentas harus dapat ditangkap mata penonton dengan jelas. Oleh karena itu, pengaturan blocking harus mempertimbangkan pusat perhatian (fokus) penonton. Hal ini dapat dikerjakan dengan menempatkan pemain dalam posisi dan situasi tertentu sehingga ia lebih menonjol atau lebih kuat dari yang lainnya.
 Prinsip Dasar
Pada dasarnya fokus adalah membuat pemain menjadi terlihat jelas oleh mata penonton. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dasar di bawah ini dapat digunakan sebagai petunjuk dalam menempatkan posisi dan mengatur pose pemain.
  • Kurangilah menempatkan pemain dalam posisi menghadap lurus ke arah penonton atau menyamping penuh. Usahakan pemain menghadap diagonal (kurang lebih 45 derajat) ke arah penonton. Menghadap lurus ke arah penonton akan memberikan efek datar dan kurang memberikan dimensi kepada pemain, sedangkan menyamping penuh akan menyembunyikan bagian tubuh yang lain. Dengan menghadap secara diagonal, maka dimensi dan keutuhan tubuh pemain akan dilihat dengan jelas oleh mata penonton.
  • Jika pemain hendak melangkah, maka awali dan akhiri langkah tersebut dengan kaki panggung atas (yang jauh dari mata penonton). Jika melangkah dengan kaki panggung bawah (yang dekat dari mata penonton), maka kaki yang jauh akan tertutup dan wajah pemain secara otomatis akan menjauh dari mata penonton. Hal ini menjadikan gerak pemain kurang terlihat dengan jelas.
  • Gunakan lengan atau tangan panggung atas (yang jauh dari mata penonton) untuk menunjuk ke arah panggung atas dan gunakan lengan atau tangan panggung bawah (yang dekat dengan mata penonton) untuk menunjuk ke panggung bawah. Jika yang dilakukan sebaliknya, maka gerakan lengan dan tangan akan menutupi bagian tubuh lain.
  • Jangan pernah memegang benda atau piranti tangan di depan wajah ketika sedang berbicara, karena hal ini akan menutupi suara dan pandangan penonton. Jika tangan yang digunakan adalah tangan yang tidak menganggu pandangan penonton, maka gerak laku aktor dalam menggunakan telepon akan kelihatan. Hal ini mempertegas laku aksi yang sedang dikerjakan.
  • Usahakan agar para aktor saling menatap (berkontak mata) pada saat mengawali dan mengakhiri dialog (percakapan). Selebihnya, usahakan untuk berbicara kepada penonton atau kepada aktor lain yang berada di atas panggung. Membagi arah pandangan ini sangat penting untuk menegaskan dan memberi kejelasan ekspresi karakter kepada penonton.


Sabtu, 03 Januari 2015

Tugas VI Pengantar Komputer

HARAPANKU UNTUK FKIP KEDEPANNYA
Setelah sekian lama aku berkuliah di fkip Universitas Mataram, tentunya aku merasa bahwa fkip universitas mataram memiliki kelebihan dan kekurangan, dari itulah aku berharap fkip ini meningkatkan lagi kelebihan-kelebihan yang telah dimiliki, dan kekurangannya ini supaya dikurangi dan lebih-lebih lagi kekurangannya tidak ada lagi, amiiin. Fkip mempunyai kesempatan besar menjadi kampus yang terbaik di universitas mataram, meskipun banyak hal yang harus dibenah dari fkip itu sendiri, aku yakin fkip bisa menjadi yang terbaik, dengan harapan-harapan yang tinggi semoga fkip menjadi kampus yang lebih baik lagi dikemudian hari. Harapan ini tentunya ada dalam faktor internal dan faktor eksternal, harapan ku pada faktor internal dari fkip itu sendiri adalah semoga orang-orang atau para pegawai, para pemegang jabatan tinggi yang ada didalam ruang lingkup fkip itu orangnya baik-baik tidak ada yang bisa mencuri atau seperti tikus kecil, aku berharap dari orang-orang itu semoga bisa memegang amanah yang sudah diberikan, karena satu orang yang tidak memegang amanah, maka semua pasti akan ikut kedalam hal yang tidak baik itu, oleh karena itu aku berharap supaya orang-orang yang ada didalam fkip bisa memegang amanah, bisa mempertanggung jawabkan semua perbuatannya, jujur, sehingga fkip menjadi kampus yang sejahtera. Harapan ku pada fkip untuk faktor eksternal adalah semoga semua gedung yang ada di fkip di cat ulang karena kelihatan sekali kampus fkip catnya sudah luntur dan sudah tidak berwarna putih lagi melainkan berganti warna menjadi abu, dan tempat kita semua beribadah sekarang yakni mushalla fkip universitas mataram kecil sekali, sehigga kalau kita beribadah solat zuhur, kita harus nunggu 2 kloter baru semua kita bisa solat, harapanku semoga mushalla fkip ini di perbesar sedikitlah. Itulah semua harapan-harapahku untuk fkip semoga fkip menjadi kampus yang lebih baik lagi kedepannya, semua kita pasti berharap seperti itu.

Rabu, 31 Desember 2014

Tugas VI Pengantar Komputer

DOSEN YANG MEMBUAT KU TERKESAN
Setelah beberapa bulan kuliah di FKIP Universitas Mataram selain mendapatkan teman-teman baru aku juga memiliki dosen yang membuat aku terkesan kita semua tahu siapa dosen itu, tapi yang jelas aku terkesan bukan karena tuanya juga bukan karena rambutnya yang sudah putih, tapi aku terkesan karena cara beliau mengajar yang apa adanya tidak neko-neko dalam mengajar, dan suka membuat mahasiswanya ketawa di sela-sela beliau menyampaikan materi, dan jujur saja itulah yang sedang di cari oleh siswa dan mahasiswa sekarang, tidak akan ada yang suka siswa atau mahasiswa yang guru atau dosennya bengis-bengis apalagi yang tidak pernah senyum dari awal masuk ruangan sampai keluar ruangan lagi, apalagi membuat mahasiswanya ketawa atau pun hanya sekedar senyum, Biar sekali pun materinya akan  semenarik apa mungkin kalau mahasiswanya sudah tidak merasa nyaman didalam kelas maka materi itu tidak akan pernah sampai. Itulah sedikit gambaran mengenai apa yang pernah saya rasakan belajar di FKIP Universitas Mataram. Alasan aku memilih dosen yang membuatku terkesan ini adalah aku suka cara beliau mengajar yang santai saat mengajar beliau bisa mengatur kapan kita harus serius dan kapan kita harus ketawa-ketawa didalam ruangan, itu yang aku suka dan merasa senang kalau beliau masuk didalam ruanganku, kalau ada waktu aku ingin sekali bertemu dengan beliau dan menanyakan apa sih resep membuat murid yang kita ajarkan selalu senang selain membuat mereka ketawa, tapi mudah-mudahan suatu saat aku bisa bertemu dan menanyakan hal tersebut. Saatnya aku memberitahukan siapa sih dosen yang ku maksud itu, beliau adalah bapak Drs. Suyanu, M.pd.

Tugas VI Pengantar Komputer

KEBANGGAAN KU KULIAH DI UNIVERSITAS MATARAM
Hari berganti hari masa SMA telah berakhir, aku pun begegas untuk masuk dunia pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu dunia perkuliahan, dimana yang aku harapkan dari sejak aku masih kecil dulu, sejak kecil aku mengidam-idamkan berkuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di NTB ini yaitu Universitas Mataram. SNMPTN pada saat itu adalah kata yang paling saya tidak suka mendengarnya karena waktu aku tidak lulus pada jalur masuk SNMPTN tersebut, tetapi aku tidak pantang menyerah karena aku berprinsip kegagalan adalah langkah awal dari sebuah keberhasilan, untuk itu aku terus belajar, belajar, belajar dan yang pasti aku tidak melupakan untuk berdo’a supaya tes masuk jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) aku bisa menjawab soal dengan benar dan bisa masuk melalui jalur SBMPTN. Selang beberapa minggu setelah aku mengikuti tes, pengumuman dibuka melalui online dan Alhamdulillah namaku setelah saya buka dinyatakan lulus di Universitas Mataram Fakultas KIP. Suatu kebanggaan tersendiri bagiku karena bisa masuk melalui jalur tes yang cuma bisa mengandalkan otak saja dan kemampuan diri sendiri, itu merupakan hal yang luar biasa bagiku, dan yang lebih bangganya lagi aku bisa membuat orangtuaku tersenyum bangga melihat putra satu-satunya di terima di Universitas Mataram. Aku sendiri merasa bangga sekali bisa berkuliah dan menuntut ilmu di Universitas Mataram, dan aku pun bangga bisa menyingkirkan ribuan orang yang ingin berkuliah disini. Setiap orang mengetahui dan berpendapat kalau Universitas Mataram adalah universitas yang terbaik di Nusa Tenggara Barat. Inilah sebabnya mengapa saya bangga dan merasa senang bisa berkuliah disini, disamping itu kita sebagai mahasiswa juga harus tetap menjaga nama baik Universitas Mataram, jangan sampai kita coreng dengan hal-hal yang tidak baik.