MATERI PENYUTRADARAAN
Dasar Teknik Penyutradaraan
Dalam Teater
Pemilihan
Naskah
Proses
atau tahap pertama yang harus dilakukan oleh sutradara adalah menentukan lakon
yang akan dimainkan. Sutradara bisa memilih lakon yang sudah tersedia (naskah
jadi) karya orang lain atau membuat naskah lakon sendiri.
Naskah
Jadi
Mementaskan
teater dengan naskah yang sudah tersedia memiliki kerumitan tersendiri terutama
pada saat hendak memilih naskah yang akan dipentaskan. Nskah tersebut harus
memenuhi kreteria yang diinginkan serta sesuai dengan kondisi yang ada di
lapangan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan oleh sutradara dalam
memilih naskah, seperti tertulis di bawah ini.
- Sutradara
menyukai naskah yang dipilih.
- Sutradara
merasa mampu mementaskan naskah yang telah dipilih.
- Sutradara
wajib mempertimbangkan sisi pendanaan secara khusus.
- Sutradara
mampu menemukan pemain yang tepat.
- Sutradara
mampu tetap mementaskan naskah yang dipilih.
Membuat Naskah Sendiri
Membuat
naskah lakon sendiri tidak menguntungkan karena akan memperpanjang proses
pengerjaan. Akan tetapi berkenaan dengan sumber daya yang dimiliki, membuat
naskah sendiri dapat menjadi pilihan yang tepat. Untuk itu, sutradara harus
mampu membuat naskah yang sesuai dengan kualitas sumber daya yang ada. Naskah
semacam ini bersifat situasional, tetapi semua orang yang terlibat menjadi
senang karena dapat mengerjakannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Beberapa langkah di bawah ini dapat dijadikan acuan untuk menulis naskah lakon.
- Menentukan
tema.
- Menentukan
persoalan.
- Membuat
sinopsis (ringkasan cerita).
- Menentukan
kerangka cerita.
- Menentukan
protagonis.
- Menentukan
cara penyelesaian.
- Menulis.
Analisis Lakon
Menganalisis
lakon adalah salah satu tugas utama sutradara.
Analisis
Dasar
Analisis
dasar adalah telaah unsur-unsur pokok yang membentuk lakon
1Pesan
Lakon.
2Konflik
dan Penyelesaian.
3Karakter
Tokoh.
4Latar
Cerita.
Interpretasi
Setelah
menganalisis lakon dan mendapatkan informasi lengkap mengenai lakon, maka
sutradara perlu melakukan tafsir atau interpretasi.Berdasarkan hasil analisis,
sutradara memberi sentuhan dan atau penyesuaian artistik terhadap lakon yang
akan dipentaskan. Proses ini bisa disebut sebagai proses asimilasi (perpaduan)
antara gagasan sutradara dan pengarang. Seorang sutradara sebetulnya boleh
tidak melakukan interpretasi terhadap lakon, artinya, ia hanya sekedar
melakukan apa yang dikehendaki oleh lakon apa adanya sesuai dengan hasil
analisis. Akan tetapi sangat mungkin seorang sutradara memiliki gagasan astistik
tertentu yang akan ditampilkandalam pementasan setelah menganalisa sebuah
lakon. Proses interpretasi biasanya menyangkut unsur latar, pesan, dan
karakterisasi.
1Latar.
2Pesan. Hal yang
paling menarik mengenai penyampaian pesan kepada penonton adalah caranya. Cara
menyampaikan pesan antara sutradara satu dengan yang lain bisa berbeda meskipun
lakon yang dipentaskan sama.
3Karakterisasi.
Tafsir ulang terhadap tokoh lakon paling sering dilakukan
Konsep
Pementasan
1Menentukan
pemain yang tepat tidaklah mudah. Dalam sebuah grup atau sanggar, sutradara
sudah mengetahui karakter pemainpemainnya (anggota). Akan tetapi, dalam sebuah
grup teater sekolah yang pemainnya selalu berganti atau kelompok teater kecil
yang membutuhkan banyak pemain lain sutradara harus jeli memilih sesuai
kualifikasi yang dinginkan. Grup teater tradisional biasanya memilih pemain
sesuai dengan penampilan fisik dengan ciri fisik tokoh lakon, misalnya dalam
wayang orang atau ketoprak. Akan tetapi, dalam teater modern, memilih pemain
biasanya berdasar kecapakan pemain tersebut.
Fisik
Penampilan
fisik seorang pemain dapat dijadikan dasar menentukan tokoh. Biasanya, dalam
lakon yang gambaran tokohnya sudah melekat di masyarakat, misalnya tokoh-tokoh
dalam lakon pewayangan, penentuan pemain berdasar ciri fisik ini menjadi acuan
utama.
- Ciri Wajah.
- Ukuran
Tubuh.
- Tinggi
Tubuh.
- Ciri
Tertentu.
Kecakapan
Menentukan
pemain berdasar kecapakan biasanya dilakukan melalui audisi. Meskipun dalam
khasanah teater modern, sutradara dapat menilai kecakapan pemain melalui
portofolio tetapi proses audisi tetap penting untuk menilai kecakapan aktor
secara langsung.
- Tubuh.
- Wicara.
- Penghayatan.
- Kecakapan
lain.
Menentukan Bentuk dan Gaya Pementasan
Bentuk
dan gaya pementasan membingkai keseluruhan penampilan pementasan. Di bawah ini
akan dibahas bentuk dan gaya pementasan menurut penuturan cerita, bentuk
penyajian, dan gaya penyajian. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan
serta membutuhkan kecakapan sutradara dalam bidang tertentu untuk
melaksanakannya.
Menurut
Penuturan Cerita
Ada
dua jenis pertunjukan teater menurut penuturan ceritanya, yaitu berdasar naskah
lakon dan improvisasi.
Berdasar
Naskah Lakon
Mementaskan
teater berdasarkan naskah lakon menjadi ciri umum teater modern. Hal ini
memiliki kelebihan tersendiri, di antaranya adalah sebagai berikut.
- Durasi
waktu dapat ditentukan dengan pasti. Karena dialog tokoh sudah ditentukan
dan tidak boleh ditambah atau dikurangi maka durasi pementasan dapat
ditentukan.
- berhasil
tidaknya pertunjukan tersebut.
- Arahan
dialog sudah ada.
- Arahan laku
permainan dapat ditemukan dalam naskah.
- Konflik dan penyelesaian tidak bekembang.
Karena tidak ada impovisasi, maka konflik dan penyelesaian lakon pasti.
- Fokus
permasalahan telah ditentukan.
- Gambaran
bentuk latar kejadian dapat ditemukan dalam naskah
- Jika sumber
daya yang dimiliki tidak sesuai dengan kehendak lakon harus dilakukan
adaptasi.
- Kreativitas
aktor terbatas.
- Tidak
memungkinkan pengembangan cerita. Cerita yang telah dituliskan oleh
pengarang harus ditaati. Setuju atau tidak setuju terhadap cerita,
konflik, dan penyelesaian konflik, sutradara harus mengikutinya.
Improvisasi
Mementaskan
teater secara improvisasi memiliki keunikan tersendiri. Sutradara hanya
menyediakan gambaran cerita selanjutnya aktor yang mengembangkannya dalam
permainan. Beberapa kelebihan pentas teater improvisasi adalah:
- Kreativitas
sutradara dan aktor dapat dikembangkan seoptimal mungkin.
- Arahan laku
terbuka.
- Konflik dan
sudut pandang penyelesaian bisa dikembangkan.
- Memungkinkan
percampuran bentuk gaya.
- Cerita bisa
disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki.
Di
balik semua kelebihan di atas, teater improvisasi juga memiliki kekurangan yang
patut diperhatikan oleh sutradara.
- Durasi
waktu tidak tertentu
- Improvisasi
dialog tidak berimbang.
- Kualitas
dialog tidak dapat distandarkan
- Kemungkinan
aktor melakukan kesalahan lebih besar.
- Sutradara
tidak bisa sepenuhnya mengendalikan jalannya pementasan.
Menurut Bentuk Penyajian
Banyaknya
pilihan bentuk penyajian pementasan teater membuat sutradara harus jeli dalam
menentukannya. Jika tidak, sutradara akan kerepotan sendiri. Oleh karena setiap
bentuk penyajian memiliki kekhasan dan membutuhkan prasyarat tertentu yang
harus dipenuhi, maka sutradara wajib mempelajari dan memahami langkah-langkah dalam
melaksanakannya.
Teater
Gerak
Teater
gerak lebih banyak membutuhkan ekspresi gerak tubuh dan mimik muka daripada
wicara. Sutradara mampu mengeksplorasi dan menciptakan gerak. Simbol dan makna
yang disampaikan melalui gerak harus dikerjakan dengan teliti. Jika tidak, maka
maknanya akan kabur.
Sutrdara harus mampu mengeksplorasi dan
menciptakan gerak sesuai dengan makna pesan yang hendak disampaikan.
- Memahami
komposisi dan koreografi. Karena bekerja dengan gerak, maka teori
komposisi dan koreografi dasar wajib dimiliki oleh sutradara. Penataan
gerak tidak bisa dikerjakan dengan serampangan, harus mempertimbangkan
makna pesan, suasana, dan terutama musik ilustrasinya. Untuk mendukung
rangkaian gerak yang telah diciptakan, pengaturan pemain perlu dilakukan.
Meskipun rangkaian gerak yang dihasilkan sangat indah, tetapi jika
komposisi (tata letak) pemainnya tidak berubah akan melahirkan kejenuhan.
- Mewujudkan
bahasa dalam simbol gerak. Mengubah bahasa dalam simbol gerak tidaklah
mudah. Apalagi jika sudah menyangkut makna. Oleh karena itu, sutradara
harus bisa mewujudkan bahasa verbal dalam simbol gerak.
- Mewujudkan
ekspresi melalui mimik para aktor. Ekspresi emosi atau karakter tokoh
harus bisa diwujudkan melalui mimik para aktor. Oleh karena keterbatasan
bahasa verbal dalam pertunjukan teater gerak, maka ekspresi mimik menjadi
sangat penting.
- Mengerti
musik ilustrasi. Meskipun tidak bisa memainkan musik, sutradara teater
gerak harus mengerti kaidah musik ilustrasi. Kapan musik mengikuti gerak
pemain, kapan pemain harus menyesuaikan dengan alunan musik, kapan musik
hadir sebagai latar suasana, dan perbedaannya harus dimengerti oleh
sutradara.
- Jika pemain
dalam jumlah banyak, maka pengaturan blocking harus lebih teliti. Jumlah
pemain yang banyak menimbulkan persoalan tersendiri, terutama menyangkut
komposisi. Jika tidak pintar mengelola, maka banyaknya jumlah pemain
justru akan memenuhi panggung dan membuat suasana menjadi sesak.
Menempatkan pemain dalam posisi dan gerak yang tepat akan membuat pertunjukan
semakin menarik. Jika jumlah pemain banyak dan harus bergerak secara
serempak, maka dianjurkan untuk mengkreasi gerak sederhana yang mudah
dilakukan. Jika gerak terlalu sulit, maka irama rampak gerak yang
diharapkan bisa kacau.
- Jika pemain
sedikit maka motif gerak harus lebih variatif. Jumlah pemain bisa
disiasati dengan menambah perbendaharaan gerak. Motif gerak yang kaya akan
membuat tampilan menjadi variatif dan menyegarkan.
Teater
Boneka
Teater
boneka memiliki karakter yang khas tergantung jenis boneka yang dimainkan.
Kewajiban sutradara tidak hanya mengatur pemain manusia, tetapi juga mengatur
permainan boneka. Di bawah ini beberapa langkah yang bisa dikerjakan oleh
sutradara yang hendak mementaskan teater boneka.
- Mampu
memainkan boneka dengan baik. Banyak jenis boneka dan masing-masing
membutuhkan teknik khusus dalam memperagakannya. Boneka dua dimensi
seperti wayang kulit memiliki teknik memainkan berbeda dengan boneka tiga
dimensi seperti wayang golek. Boneka wayang golek memiliki teknik permainan
yang berbeda dengan boneka marionette yang dimainkan dengan tali.
Sutradara harus bisa memainkan boneka tersebut.
- Mampu
mengisi suara sesuai dengan karakter boneka. Mengisi suara sesuai karakter
boneka menjadi prasyarat utama. Karakter suara harus bisa tampil secara
konsisten dari awal hingga akhir pertunjukan. Biasanya seorang pemain
boneka bisa membuat beberapa karakter suara yang berbeda.
- Mampu
menghidupkan ekspresi boneka yang dimainkan. Memainkan boneka bisa saja
dipelajari, tetapi memberikan ekspresi hidup adalah hal yang lain.
Ekspresi selalu menyangkut penghayatan dan konsentrasi. Karena tokoh
diperagakan oleh boneka, maka karakter boneka harus benarbenar melekat
sehingga pengendali boneka seolah-olah bisa memberikan nafas hidup di
dalamnya. Boneka yang dimainkan dengan hidup akan menarik dan tampak
nyata.
- Jika pemain
boneka banyak maka harus mampu mengatur adegan agar pergerakan boneka
tidak saling mengganggu. Jika lakon yang dimainkan membutuhkan banyak
tokoh, maka pengaturan adegan harus dikerjakan dengan teliti. Tempat
pertunjukan teater boneka yang terbatas harus disesuaikan dengan jumlah
boneka yang tampil. Selain itu, seorang pengendali biasanya hanya bisa
mengendalikan maksimal dua boneka, maka penampilan boneka yang terlalu
banyak juga akan merepotkan para pengendalinya.
- Jika pemain
sedikit harus memiliki kemampuan mengisi suara dengan karakter yang
berbeda. Jumlah pengendali boneka yang sedikit tidak masalah asal setiap
orang mampu menciptakan beberapa karakter suara. Yang terpenting dan perlu
dicatat adalah setiap boneka mempunyai karakter suaranya sendiri.
- Mampu
membangun kerjasama antarpemain boneka. Dalam teater boneka kerjasama
antarpemain tidak hanya menyangkut emosi, tetapi juga menyangkut hal-hal
teknis. Keluar masuknya boneka di atas pentas berkaitan langsung dengan
pengendali bonekanya. Oleh karena itu, pengaturan adegan boneka
disesuaikan dengan kemampuan pengendali. Jika tidak ada kerjasama yang
baik antarpemain (pengendali boneka), maka pergantian adegan bisa semrawut
sehingga para pemain kewalahan.
Teater
Dramatik
Mementaskan
teater dramatik membutuhkan kerja keras sutradara terutama terkait dengan
akting pemeran. Oleh karena tuntutan pertunjukan teater dramatik yang
mensyaratkan laku aksi seperti kisah nyata, maka sutradara harus benar-benar
jeli dalam menilai setiap aksi para aktor. Demikian juga dengan suasana
kejadian, semua harus tampak natural, tidak dibuat-buat. Beberapa langkah yang
dapat dikerjakan oleh sutradara dalam menggarap teater dramatik adalah sebagai
berikut.
- Memahami
tensi dramatik (dinamika lakon). Laku lakon dari awal sampai akhir
mengalami dinamika atau ketegangan yang turun naik. Sutradara harus
memahami bobot tegangan (tensi) dramatik dalam setiap adegan yang ada pada
lakon. Jika pada bagian awal konflik tegangan terlalu tinggi, maka aktor
akan kesulitan meninggikan tegangan pada saat klimaks. Hasil akhirnya
adalah anti klimaks di mana pada adegan yang seharusnya memiliki tensi
tinggi justru melemah karena energi para aktornya telah habis. Untuk
menghindari hal tersebut sutradara harus benar-benar teliti dalam mengukur
tegangan dramatik adegan per adegan dalam lakon. Jika dianalogikan dengan
nilai 1 sampai dengan 10, maka sutradara harus menetapkan tegangan optimal
dan minimal. Angka tertinggi dari deret tegangan yang harus dicapai oleh
aktor adalah 8 atau 9, sehingga ketika dalam adegan tertentu membutuhkan
tegangan yang lebih aktor masih bisa mengejarnya. Intinya, bijaksanalah
dalam menentukan tegangan dramatik adegan dan buatlah klimaks yang
mengesankan dan penyelesaian yang dramatis.
- Memahami
sisi kejiwaan karakter tokoh. Hal yang paling sulit dilakukan oleh
sutradara adalah membongkar kejiwaan karakter tokoh dan mewujudkannya
dalam laku aktor di ataspentas. Sisi kejiwaan yang menyangkut perasaan
karakter tokoh harus dapat ditampilkan senatural mungkin sehingga penonton
menganggap hal itu benar-benar nyata terjadi. Di sinilah letak
kesulitannya, aktor diharuskan berakting tetapi seolah-olah ia tidak
berakting melainkan melakukan kenyataan hidup. Jika sutradara tidak
memahami kejiwaan
- karakter
tokoh dengan baik maka penilaiannya terhadap kualitas penghayatan aktor
pun kurang baik. Jika demikian, maka efek dramatik yang diharapkan dari
aksi aktor menjadi gagal.
- Mampu
meningkatkan kualitas pemeranan aktor untuk menghayati tokoh secara
optimal. Berkaitan dengan karakter tokoh, sutradara harus dapat menentukan
metode yang tepat agar para aktornya dapat memahami, menghayati dan
memerankan karakter dengan baik. Banyak sutradara yang mengadakan semacam
pemusatan latihan dalam kurun waktu yang cukup lama dengan tujuan agar
para aktornya berada dalam suasana lakon yang akan dipentaskan.
- Mampu
menghadirkan laku cerita seperti sebuah kenyataan hidup. Langkah pamungkas
yang dapat dijadikan patokan adalah menghadirkan pentas seperti sebuah
kenyataan hidup.
- Membuat
penonton terkesima dengan pertunjukan tidaklah mudah. Dalam teater
dramatik, jika melakonkan cerita yang sedih ukuran keberhasilannya adalah
membuat penonton ikut terhanyut sedih. Demikian pula dengan cerita
suka-ria, maka penonton harus dibawa dalam suasana yang suka-ria. Untuk
mencapai hasil maksimal maka kejelian sutradara dalam mengamati dan
menangani keseluruhan unsur pertunjukan sangat dibutuhkan. Kejanggalan-kejanggalan
kecil yang dirasa kurang masuk akal oleh penonton akan mengurangi kualitas
dramatika lakon yang dihadirkan. Teater dramatik adalah teater yang
mencoba meniru peristiwa kehidupan secara total dan sempurna. Jadi,
hindarilah kesalahan atau hal yang tidak lumrah dan berada di luar
jangkauan nalar penonton.
Drama
Musikal
Kemampuan
multi harus dimiliki oleh seorang sutradara jika hendak mementaskan drama
musikal. Bahasa ungkap yang beragam antara bahasa verbal, lagu, gerak, dan
musikal harus dirangkai secara harmonis untuk mencapai hasil maksimal. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan sutradara dalam drama musikal adalah sebagai
berikut.
- Mengerti
karya musik dramatik. Sutradara tidak harus bisa memainkan musik, tetapi
memahami karya musik merupakan keharusan dalam drama musikal. Tokohan
musik sangat doniman dalam drama musikal bahkan musik bisa hadir secara
mandiri untuk menceritakan sesuatu. Artinya, musik itu sendiri sudah
bercerita sehingga pemain atau penari yang berada di atas panggung
hanyalah pelengkap gambaran peristiwa. Pada adegan lain, tokoh musik bisa
menjadi pengiring lagu yang bercerita, pengiring gerak, dan ilustrasi
suasana kejadian. Kepiawaian sutradara dalam menentukan kegunaan karya
musik yang satu dengan yang lain benarbenar dibutuhkan. Jika karya drama
musikal tersebut berawal dari karya musik murni (musik yang bercerita)
seperti The Cats karya Andrew Lloyd Webber, maka sutradara harus
benar-benar piawai dalam mengolah visualisasinya di atas pentas.
- Mengerti
lagu dan nyanyian. Tokohan dialog verbal yang digubah dalam bentuk lagu
dan diucapkan melalui nyanyian adalah satu hal yang membutuhkan perhatian
tersendiri. Ketepatan nada dalam nyanyian serta ekspresi wajah ketika
menyanyi juga tidak boleh luput dari pengamatan. Banyak penyanyi yang
memiliki suara baik tetapi ekspresinya datar, demikian pula sebaliknya.
Sutradara harus mampu memecahkan masalah dasar tersebut. Lagu dan nyanyian
harus bisa ditampilkan secara baik dan harmonis.
- Mampu
membuat gerak dan ekspresi berdasar karya musik. Pada adegan dimana musik
bercerita secara mandiri maka sutradara harus mampu memvisualisasikan
cerita tersebut di atas pentas. Memilih pelaku yang tepat dan membuat
komposisi atau koreografi berdasar karya musik yang ada. Ekspresi cerita
melalui nada-nada musik harus benar-benar bisa divisualisasikan dengan
tepat.
- Mampu
membuat gerak, komposisi, dan koreografi. Dalam satu adegan saat cerita
diungkapkan melalui gerak, maka sutradara harus mampu menciptkan
koreografinya. Dalam hal ini musik bertindak sebagai pengiring. Makna
cerita sepenuhnya dituangkan dalam wujud gerak. Dituntut kepiawaian
sutradara dalam memilih dan merangkai motif gerak. Meskipun sutradara
bekerja dengan seorang koreografer, tetapi makna dan atau simbolisasi
cerita harus benar-benar bisa diwujudkan dalam gerak tarian yang
dilakukan. Koreografer bisa saja mencipta gerak, tetapi pada akhirnya
sutradara yang memutuskan.
3.6
Blocking
Sutradara
diwajibkan memahami cara mengatur pemain di atas pentas. Bukan hanya akting
tetapi juga blocking. Secara mendasar blocking adalah gerakan fisik atau proses
penataan (pembentukan) sikap tubuh seluruh aktor di atas panggung. Blocking
dapat diartikan sebagai aturan berpindah tempat dari titik (area) satu ke titik
(area) yang lainnya bagi aktor di atas panggung. Untuk mendapatkan hasil yang
baik, maka perlu diperhatikan agar blocking yang dibuat tidak terlalu rumit,
sehingga lalulintas aktor di atas panggung berjalan dengan lancar. Jika
blocking dibuat terlalu rumit, maka perpindahan dari satu aksi menuju aksi yang
lain menjadi kabur. Yang terpenting dalam hal ini adalah fokus atau penekanan
bagian yang akan ditampilkan. Fungsi blocking secara mendasar adalah sebagai
berikut.
- Menerjemahkan
naskah lakon ke dalam sikap tubuh aktor sehingga penonton dapat melihat
dan mengerti.
- Memberikan
pondasi yang praktis bagi aktor untuk membangun karakter dalam
pertunjukan.
- Menciptakan
lukisan panggung yang baik.
Dengan
blocking yang tepat, kalimat yang diucapkan oleh aktor menjadi lebih mudah
dipahami oleh penonton. Di samping itu, blocking dapat mempertegas isi kalimat
tersebut. Jika blocking dikerjakan dengan baik, maka karakter tokoh yang
dimainkan oleh para aktor akan tampak lebih hidup.
3.6.1
Pembagian Area Panggung
Komposisi
Komposisi
dapat diartikan sebagai pengaturan atau penyusunan pemain di atas pentas.
Sekilas komposisi mirip dengan blocking. Bedanya, blocking memiliki arti yang
lebih luas karena setiap gerak, arah laku, perpindahan pemain serta perubahan
posisi pemain dapat disebut blocking. Sedangkan komposisi, lebih mengatur
posisi, pose, dan tinggirendah pemain dalam keadaan diam (statis). Pengaturan
posisi pemain seperti ini dilakukan agar semua pemain di atas pentas dapat dilihat
dengan jelas oleh penonton. Ada dua ragam komposisi pemain, yaitu komposisi
simetris dan komposisi asimetris yang ditata dengan mempertimbangkan
keseimbangan.
Simetris
Komposisi
simetris adalah komposisi yang membagi pemain dalam dua bagian dan menempatkan
bagian-bagian tersebut dalam posisi yang benar-benar sama dan seimbang. Jika
digambarkan komposisi ini mirip cermin. Bagian yang satu merupakan cerminan
bagian yang lain. Di bawah ini adalah contoh komposisi simetris.
Asimetris
Komposisi
asimetris tidak membagi pemain dalam dua bagian yang sama persis, tetapi
membagi pemain dalam dua bagian atau lebih dengan tujuan memberi penonjolan
(penekanan) bagian tertentu.
Keseimbangan
Dalam
menata komposisi pemain di atas pentas hal yang paling penting untuk
diperhatikan adalah keseimbangan. Keseimbangan adalah pengaturan atau
pengelompokan aktor di atas pentas yang ditata sedemikian rupa sehingga tidak
menghasilkan ketimpangan. Hal ini diperlukan untuk memenuhi ruang dan
menghindari komposisi aktor yang berat sebelah. Jika salah satu ruang dibiarkan
kosong sementara ruang yang lain terisi penuh, maka hal ini akan menimbulkan
pemandangan yang kurang menarik dan jika hal ini berlangsung lama, maka
penonton akan menjadi jenuh.
Fokus
Dalam
mengatur blocking, hal yang paling utama untuk diperhatikan sutradara adalah
perhatian penonton. Setiap aktivitas, karakter, perubahan ekspresi dan aksi di
atas pentas harus dapat ditangkap mata penonton dengan jelas. Oleh karena itu,
pengaturan blocking harus mempertimbangkan pusat perhatian (fokus) penonton.
Hal ini dapat dikerjakan dengan menempatkan pemain dalam posisi dan situasi
tertentu sehingga ia lebih menonjol atau lebih kuat dari yang lainnya.
Prinsip
Dasar
Pada
dasarnya fokus adalah membuat pemain menjadi terlihat jelas oleh mata penonton.
Oleh karena itu, prinsip-prinsip dasar di bawah ini dapat digunakan sebagai
petunjuk dalam menempatkan posisi dan mengatur pose pemain.
- Kurangilah
menempatkan pemain dalam posisi menghadap lurus ke arah penonton atau
menyamping penuh. Usahakan pemain menghadap diagonal (kurang lebih 45
derajat) ke arah penonton. Menghadap lurus ke arah penonton akan
memberikan efek datar dan kurang memberikan dimensi kepada pemain,
sedangkan menyamping penuh akan menyembunyikan bagian tubuh yang lain.
Dengan menghadap secara diagonal, maka dimensi dan keutuhan tubuh pemain
akan dilihat dengan jelas oleh mata penonton.
- Jika pemain
hendak melangkah, maka awali dan akhiri langkah tersebut dengan kaki
panggung atas (yang jauh dari mata penonton). Jika melangkah dengan kaki
panggung bawah (yang dekat dari mata penonton), maka kaki yang jauh akan
tertutup dan wajah pemain secara otomatis akan menjauh dari mata penonton.
Hal ini menjadikan gerak pemain kurang terlihat dengan jelas.
- Gunakan
lengan atau tangan panggung atas (yang jauh dari mata penonton) untuk
menunjuk ke arah panggung atas dan gunakan lengan atau tangan panggung
bawah (yang dekat dengan mata penonton) untuk menunjuk ke panggung bawah.
Jika yang dilakukan sebaliknya, maka gerakan lengan dan tangan akan
menutupi bagian tubuh lain.
- Jangan
pernah memegang benda atau piranti tangan di depan wajah ketika sedang
berbicara, karena hal ini akan menutupi suara dan pandangan penonton. Jika
tangan yang digunakan adalah tangan yang tidak menganggu pandangan
penonton, maka gerak laku aktor dalam menggunakan telepon akan kelihatan.
Hal ini mempertegas laku aksi yang sedang dikerjakan.
- Usahakan
agar para aktor saling menatap (berkontak mata) pada saat mengawali dan
mengakhiri dialog (percakapan). Selebihnya, usahakan untuk berbicara
kepada penonton atau kepada aktor lain yang berada di atas panggung.
Membagi arah pandangan ini sangat penting untuk menegaskan dan memberi
kejelasan ekspresi karakter kepada penonton.